CONTOH ARTIKEL PTK SMA
(Sudah Diterbitkan Dalam Jurnal)
PENINGKATAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INGGRIS PADA SISWA SMA NEGERI 1
KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 KARANGBINANGUN TENTANG PEMAHAMAN NARRATIVE TEKS
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Suparto, S.Pd.,M.Pd
SMA Negeri 1 Karangbinangun
Abstrak
: Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan
belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik didalam kelas. salah satu
kegiatan yang harus guru lakukan adalah pemilihan dan penentuan metode yang
bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang
tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Permasalahan yang ingin
dikaji dalam penelitian ini. (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar
siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery)? (2) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan
(discovery) terhadap motivasi belajar
siswa? Melalui penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah (1) Ingin
mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran penemuan (discovery).
(2) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran penemuan (discovery). Dari
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penemuan (discovery) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I 62,86% dan pada siklus II adalah 85,29%.
Kata
kunci: Metode,
Discovery, Narrative Text
Pada hakekatnya kegiatan belajar
mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam
proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru
bukan hanya sekedar penyampai materi
saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang
mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru
harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik
sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan
merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk
tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani
dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap
tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial.
Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
Berhasilnya tujuan pembelajarn
ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi,
membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi
permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran
guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik
dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep
mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya dengan memilih
strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh
peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran Bahasa Inggris. Misalnya
dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf
intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang
diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru
harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu
anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di
lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang
tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya
dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan
siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep pembelajaran
Bahasa Inggris.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa
terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan
seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa
jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi tentang fungsi organ tubuh manusia, sehingga siswa itu akan
menyerap materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan
bagaimana guru mendukung motivasi siswa.1 Untuk itu sebagai seorang guru
disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan
penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan
penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
penulis mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu metode
pembelajaran penemuan (discovery)
untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi
belajar Bahasa Inggris. Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan
siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendiskusikan sesuatu yang berkaitan
dengan pengajaran. (Siadari, 2001:4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam
memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau
memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplimentasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dari definisi metode pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh
guru untuk menyampaikan pengajaran dalam situasi pembelajaran yang menyenangkan
sehingga mudah mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Penggunaan metode
pembelajaran mempunyai tujuan antara lain (1) Mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi, seperti halnya mengekspresikan
keinginan/gagasan/wawasan/ pemecahan masalah (2) Memberikan kemudahan pada
peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan
tertentu (3) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga
minat dan motivasi belajar siswa meningkat.
Teknik
penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah Menurut Sund discovery adalah
proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah:
mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suaut konsep misalnya:
segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip
antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengemabang. Dalam teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr.
J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sndiri) itu,
sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situsi teacher learning menjadi situasistudent
dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar
yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat
belajar sendiri.
Motivasi adalah proses
untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu. (Usman, 2000:28). Motivasi adalah suatu pendorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002:114). Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Belajar dapat membawa
suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman
tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar
merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam
proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi
belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang
diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian di
atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi
belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar Bahasa Inggris adalah
nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh
potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis merumuskan suatu masalah sebagai berikut
(1) Bagaimanakah peningkatan prestasi
belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery)? (2) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan
(discovery) terhadap motivasi belajar
siswa?. Tujuan dari penelitian
yaitu (1) Ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery) (2) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa
setelah diterapkan pembelajaran penemuan (discovery).
Sementara Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah (1) Memberikan informasi tentang metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi Bahasa Inggris (2) Meningkatkan motivasi
pada pelajaran Bahasa Inggris (3) Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan bidang studi Bahasa Inggris.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8)
mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak
sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan
terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru
sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru.Tujuan
utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan
siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan
dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara
ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan. Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara
kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti
tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SMA Negeri 1
Karangbinangun Tahun Pelajaran 2010/2011. Subyek penelitian adalah
siswa-siswi Kelas XI IPA-2 SMA
Negeri 1 Karangbinangun pada pokok bahasan Narrative.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu
penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari
siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Dimana setiap langkahnya dapat dijelaskan yaitu (1) Rancangan/rencana awal,
sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat
rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran (2) Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model jigsaw (3) Refleksi, peneliti mengkaji,
melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. (4) Rancangan/rencana
yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga
putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang
sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa
dan guru, dan tes formatif. Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada siklus I, aspek-aspek yang mendapatkan criteria
kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran,
pengelolaan waktu dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian
kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. dan
akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada
siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan
siswa diperoleh bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah
menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah
memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan materi yang sulit dan
membimbing siswa merangkum pelajaran yaitu masing-masing sebesar18,3 % dan 13,3
%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah
mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang
persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok,
diskusi antar siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,8% dan
11,5%. Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan
metode Discovery sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih
cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut
masih dirasakan baru oleh siswa. Hasil berikutnya adalah tes praktek siswa
terlihat bahwa dengan menerapkan metode Demonstrasi diperoleh nilai rata-rata
presentasi belajar siswa adalah 71,18 dan ketuntasan belajar mencapai 62,86%
atau ada 22 siswa dari 34 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70
hanya sebesar 62,86% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru dengan menerapkan model
pembelajaran metode Discovery.
Pada siklus II aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode
pembelajaran metode Discovery mendapatkan penilaian yang cukup baik dari
pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun
demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada
beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan
penerapanpembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi
siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan
waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dan penerapan
metode teknik ketrampilan diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah
mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih
memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Berdasarkan hasil observasi
aktivitas guru dan siswa dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa melakukan latihan
yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I aktivitas ini mengalami
peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik
(16,6%), menjelaskan/melatih menggunakan alat (11,7). Meminta siswa
mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa
memperbaiki kesalahan (6,7%). Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling
dominan pada siklus II adalah praktek menggunakan alat yaitu (21%). Jika
dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas
siswa yang mengalami penurunan adalah amendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru (13,8%),
mempratekkan yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%).
Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah memperhatikan peragaan
(12,1%) menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan
pertanyaan/ide (5,4%) dan berlatih bersama siswa lain(10,8%)
Hasil tes praktek siswa diperoleh nilai rata-rata tes
prektek sebesar 76,17 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 29 siswaan 5
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 85,29% (termasuk kategori tuntas). Hasil
pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran metode Discovery
sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga
siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif model jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini
(ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu
62,86%, 85,29% sedangkan untuk ranah afektif yaitu 51,28% dan 92,30%. Pada
siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran metode Discovery dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif dalam peningkatan prestasi belajar
siswa, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan pembelajaran metode Discovery
yang paling dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan
diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran
telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran metode Discovery dengan
baik.Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan/melatih
menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase
untuk aktivitas di atas cukup besar. Tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran metode teknik keterampilan
Berdasarkan analisis angket siswa dapat diketahui bahwa
tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban
siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model
pembelajaran metode Discovery. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan
respon positif terhadap model pembelajaran metode teknik keterampilan, sehingga
siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dengan diterapkannya metode Discovery dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang
telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Penerapan pembelajaran (discovery) memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62,86%), dan pada siklus II
adalah (85,29%) (2) Penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery) mempunyai pengaruh positif,
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari kembali
materi pelajaran yang telah diterima, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa
yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran penemuan
(discovery) sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar Biologi lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai
berikut: (1) Untuk melaksanakan model penemuan (discovery) memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru
harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
dengan model penemuan (discovery)
dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal (2) Dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (3) Perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SMA Negeri 1 Karangbinangun tahun pelajaran 2010/2011.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian
Program Pendidikan.Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Combs. Arthur. W. 1984. The
Profesional Education of Teachers.Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dayan, Anto. 1972. Pengantar
Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan
Ekonomi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Foster, Bob. 1999. Seribu Pena
SLTP Kelas I. Jakarta: Erlangga.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi
Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi
Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan.J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah PanitianPelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk
Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Mursell, James ( - ). Succesfull
Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa
untuk Belajar. Surabaya. University Press.Universitas Negeri Surabaya.
Poerwodarminto.1991. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Slameto, 1988.Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori
Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.
Suryosubroto, b. 1997.Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi
Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington.H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung:
Jemmars.
Post a Comment for "CONTOH ARTIKEL PTK SMA"