HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
Hakekat IlmuPengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam erat kaitannya
dengan lingkungan belajar siswa. Di
mulai dari tingkat SD dengan berbagai materi seperti gejala alam dan fenomena alam.
IPA merupakan ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2006:2).
Menurut KTSP 2006 (dalam
Sulistyorini, 2007:9) pada hakekatnya IPA dapat dipandang dari segi produk, proses,
dan dari segi pengembangan sikap.
Artinya belajar IPA memiliki dimensi
proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya
mengandung tiga dimensi tersebut.
IPA sebagai produk merupakan
akumulasi hasil upaya para perintis
terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Bentuk buku
teks merupakan body of knowledge.
Buku teks memang penting,
tetapi ada sisi lain dalam IPA yang tidak kalah penting
yaitu dimensi “proses”,
maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri.
Dalam pengajaran seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai
sumber belajar. Alam sekitar merupakan
sumber belajar paling otentik dan tidak akan
habis.
Proses IPA tidak
lain adalah metode
ilmiah. Untuk anak
SD, metode ilmiah
dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan pada akhirnya akan terbentuk
paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat
melakukan penelitian sederhana. Di samping itu, pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen, yakni
meliputi: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3) interprestasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel; (7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9)
aplikasi; dan (10) komunikasi.
Menurut Harlen (dalam Sulistyorini,
2007:10), ada sembilan aspek sikap
dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI,
yaitu: (1) sikap ingin tahu; (2) sikap
ingin mendapatkan sesuatu
yang baru; (3) sikap kerjasama; (4) sikap tidak putus asa; (5) sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap bertanggungjawab; (8) sikap berpikir
bebas; dan (9) sikap kedisiplinan diri.
Selama tahun 1980-an IPA ditekankan pada penyiapan siswa untuk menghadapi dunia modern.
Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari menjadi bagian penting dari belajar. Penerapan IPA dalam penyelesaian masalah dunia nyata
tercantum pada kurikulum baru. Pada kurikulum tersebut siswa terlibat
dalam mengidentifikasi masalah dunia nyata dan
merumuskan alternatif penyelesainnya dengan menggunakan teknologi.
Pengalaman ini membentuk pemahaman
peranan IPA dalam perkembangan teknologi, bersifat praktis sebagai bekal
yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa terlibat dalam pembelajaran yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari dan
juga memahami dampak dan teknologi pada
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA dapat
dideskripsikan sebagai produk, proses, sikap, dan teknologi. Komponen-komponen
harus mendapat perhatian guru guna menentukan apa yang harus dipelajari siswa.
Anak harus diberi kesempatan untuk mengidentifikasikan dan menyelesaikan
masalah dunia nyata melalui pengalaman dalam diri siswa.
Post a Comment for "HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)"